Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri yang cukup berkembang pada saat ini, dimana setiap tahunnya pertumbuhan areal kebun kelapa sawit terus bertambah. industri kelapa sawit juga terkenel dengan industri yang ramah lingkungan hal ini dikarenakan semua yang dihasilkan oleh kelapa sawit dapat digunakan mulai dari CPO, Palmn kernel, cangkang, fibre, limbah cair dan tandan kosong. Disini akan dibahas sedikit mengenai pengolahan kompos dari tandan kosong kelapa sawit.
limbah padat (tandan Kosong) dan limbah cair dapat diolah menjadi komoditi yang menarik berupa kompos organik dan
pelaksanaannya memerlukan peralatan / mesin-mesin yang mendukung
kemudahan pembuatan kompos antara lain ialah Mesin Pencacah Janjangan
Kosong, Mesin Pembalik Kompos (Turning Machine) dan Mesin Pemisah Minyak dengan limbah model mutakhir
(Decanter) yang bekerja memisahkan minyak dari hasil pemerasan buah
sawit yang sudah direbus tanpa penambahan air pengencer.
Luas
lahan yang diperlukan untuk pemeraman kompos kurang lebih 3 - 4 Ha dan
apabila tidak ada lahan kosong disekitar pabrik dapat dilakukan dibawah
pohon sawit dewasa ialah gawang - mati yang mempunyai ketinggian lewat 3
m.
JENIS LIMBAH PKS DAN PENGENDALIANNYA.
Munculnya
pabrik – pabrik kelapa sawit diiringi dengan hasil limbah yang
jumlahnya besar dimana limbah dari PKS pada garis besarnya berupa limbah
padat dan limbah cair.
Limbah Padat : berupa Tandan Kosong (Tankos)
Penanganan limbah padat dari PKS selama ini beragam, antara lain :
- Tan Kos dibakar di tungku Pembakaran / Incinerator tetapi sekarang tidak populer lagi karena menimbulkan polusi udara.
- Tan
Kos untuk Mulching (serasah) ke tanaman sawit tetapi dalam
pelaksanaanya dilapangan ternyata tidak berjalan dengan baik, dimana
janjang kosong hanya pindah tempat dari pabrik ke tepi jalan dan apabila
terbakar tidak dapat dipadamkan dan menimbulkan permasalahan baru
berupa asap.
- Tan
Kos dicincang, dipres dan dijadikan bahan bakar ketel tetapi kebutuhan
bahan bakar Ketel Uap di pabrik sawit sudah mencukupi menggunakan
serabut / fibre dan cangkang sehingga tidak perlu adanya tambahan Tan
Kos terkecuali untuk PKS terpadu dengan industri lain misalnya pabrik
minyak makan dan lain-lain yang memerlukan tambahan tenaga listrik.
Limbah Cair PKS (berasal dari Kondensat Rebusan dan Limbah Cair dari Stasiun pengutipan Minyak)
Pengendalian limbah cair yang dilakukan di PKS antara lain sebagai berikut :
- Limbah Cair diperam dalam kolam – kolam pemeraman Anaerobic (pemeraman tanpa adanya peranan O2)
sampai kadar ambang batas BOD (Biological Oxigen Demand) menurun untuk
selanjutnya dilepas ke alam bebas tetapi masih mengundang permasalahan
dengan penduduk yang ada disekitar pabrik karena bau yang tidak sedap
oleh timbulnya gas Methan (CH4) dan H2S atau ada kalanya kolam bocor.
- Limbah
Cair untuk pemupukan tanaman sawit (Land Application), dimana limbah
cair diperam sampai ambang batas BOD menurun pada kadar tertentu (5000 –
3000) kemudian dipompa ke tanaman sawit. Berarti diperlukan jaringan
pipa tetapi di musim hujan limbahnya melimpah kemana-mana.
Pengendalian limbah padat dan cair yang menarik ialah untuk pembuatan kompos organik dengan bahan baku janjang kosong yang dicincang dan dicampur dengan limbah cair.
Jumlah
limbah cair menurut pengamatan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS
Medan / RISPA) jumlahnya berkisar 0,7 x TBS yang diolah. Limbah padat PKS berupa janjangan kosong dengan jumlah berkisar 23 – 25% dari Tandan Buah Segar.
Akhir-akhir
ini telah berkembang peralatan - peralatan baru yang bertujuan untuk
mengurangi sebanyak mungkin hasil limbah cair PKS dan mengarahkan
sebagian besar limbahnya menjadi kompos dalam skala besar dengan nilai
komersil yang menarik, peralatan tersebut sebagai berikut :
- Mesin pencacah Janjangan Kosong (Empty Buch Crushing Machine)
- Mesin pembalik (Turning Machine)
- Mesin
/ peralatan pemisah minyak yang mampu beroperasi dengan tanpa
penambahan air pengencer sehingga limbah cair menjadi sangat berkurang
menghasilkan minyak sawit dan bubur limbah (slurry).
PRINSIP PENGOMPOSAN.
Teknologi
pembuatan Kompos Organik sebenarnya sudah dikenal sejak dahulu kala
tetapi dalam skala kecil. Dalam skala besar dimana Tan Kos ditumpuk dan
dibiarkan sampai membusuk tidak akan menjadi kompos organik yang bermutu
karena nilai C/N masih tinggi. Pengomposan adalah penurunan rasio atau
perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen dengan singkatan nilai C/N.
Bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan / kotoran hewan yang
masih segar mempunyai nilai C/N yang tinggi antara 50 – 400 (kayu yang
tua).
Bahan
oprganik dapat diserap tanah adalah mempunyai C/N yang sama dengan
tanah ialah sekitar 10 – 12 oleh karena itu limbah sawit (cair dan
padat) yang mempunyai nilai C/N tinggi harus diturunkan.
Dalam proses pengomposan terjadi perubahan sebagai berikut :
a. Karbohidrat, Selosa, Hemiselulosa, lemak, lilin menjadi CO2 dan air.
b. Zat putih telur menjadi Amonia, CO2 dan air.
Proses pengomposan yang akan diterapkan ialah proses Aerobic dalam keadaan adanya O2 bukan proses Anaerobic dalam keadaan tanpa O2 seperti halnya dikolam limbah yang banyak diterapkan di PKS.
Dalam pembuatan kompos organik proses Aerobic akan menghasilkan CO2,
air dan panas, maka yang perlu dijaga ialah kelembaban sekitar 40 – 60%
agar micro organisme dapat bekerja secara optimal dengan suhu optimal
30 – 50°C (hangat), oleh karena itu tumpukan kompos perlu dibalik (1
sampai 5 kali seminggu).
Dalam
proses pengomposan bekerja bakteri, fungi, actinomycetes dan protozoa
dan dapat dipercepat dengan aktivator antara lain EM4, Orga Dec,
Stardec, Fix Up Plus, Harmony dan Mikrorganisme.
Mikroorganisme
akan lebih aktif apabila PH berada antara 6,5 – 7,5 oleh karena itu
dalam proses pengomposan sering ditambahkan kapur atau abu maka perlu
tumpukan kompos dibalik.
Kompos
adalah bahan organik yang mengalami degradasi / penguraian sehingga
berubah bentuk secara biologi dalam suhu tinggi dan setelah selesai
terjadilah nilai C/N yang sama dengan tanah 10 – 12, sehingga dapat
diserap oleh tanaman.
CARA PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK SKALA BESAR.
Bahan kompos organik berupa cacahan Tan Kos ditambah limbah cair dari PKS.
PKS
kapasitas 30 T. TBS/Jam akan menghasilkan tandan kosong sebanyak 23% x
30 T. TBS/Jam x 20 Jam operasi sehari = 23% x 30 x 20 = 138 Ton
Janjangan Kosong.
Slurry / bubur Limbah dari minyak mentah Non Deluted Decanter menghasilkan Raw Oil dan
bubur limbah / slurry bukan solid sebanyak 6,9 T/Jam x 20 Jam sehari =
6,9 x 20 = 138 Ton slurry / hari dan slurry tersebut yang akan dicampur
kecacahan Tandan Kosong untuk diperam menjadi Kompos Organik.
Jumlah bahan kompos = 138 T + 138 T = 276 Ton / Hari.
Proses pencacahan dan pencampuran limbah cair.
Cacahan
Janjangan Kosong yang keluar dari Mesin Pencacah disalurkan ke saluran
(Conveyor) dimana slurry yang keluar dari Decanter jatuh ke saluran /
Conveyor yang sama sehingga teraduk bercampur menjadi satu secara
merata. Campuran cacahan Janjangan Kosong dan slurry yang terkumpul di
lantai beton selanjutnya disekop dengan Loader dimuat ke Dump Truck
diangkut ke lapangan pemeraman kompos.
Gambar mesin turner (pembalik)
http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=--4UIaW_0Uo
Proses Pemeraman.
Campuran Cacahan Janjangan Kosong dan
Bubur Limbah (Slurry) digelar dilapangan terbuka dalam barisan
berukuran 2,5 tinggi 1,5m panjang 50 m. barisan kompos ditutup dengan
plastik oleh mesin Pembalik (Turning Machine) yang dilengkapi dengan rol
penggulung plastik.
Pengadukan Kompos dan Pematangan Kompos.
Apabila
suhu kompos naik sampai lewat 60°C maka diaduk oleh mesin pembalik
sambil disemprot dengan limbah Condensat Rebusan. Kegiatan membuka
plastik, mengaduk, menyemprot, menutup kembali dengan plastik dilakukan 1
– 2 kali seminggu. Kompos akan matang setelah diproses selama 50 hari
tanpa tambahan additive (Aktivator untuk mempercepat pembusukan yang
banyak beredar dipasaran yaitu : Stardex, EM4 dan lain - lain).
Penggudangan dan Pengepakan Kompos.
Kompos
yang sudah masak di muat ke Dump Truck oleh Loader dan digudangkan
dalam bangunan berlantai beton, beratap seng, dinding setengah terbuka
berukuran lebar 8 m panjang 80 m.
Di dalam gudang tersebut dilakukan pengayakkan dengan saringan pasir dan digonikan untuk selanjutnya dipasarkan.
Luas Lapangan Pemeraman.
Lapangan
pemeraman kompos akan memerlukan luas 3 – 4 Ha. Berisi 115 jalur kompos
ukuran lebar 2,5 tinggi 1,5 m panjang 80 m. Apabila disekitar pabrik
tidak ada lapangan kosong, maka pemeraman dapat dilakukan dibawah pohon
sawit dewasa tanpa penumbangan. Penimbunan kompos tersebut ditempatkan
pada gawangan mati. Satu hektar (Ha) tanaman sawit dewasa dapat diisi 9
jalur kompos di gawangan mati. Luas tanaman sawit dewasa untuk ditempati
jalur kompos dengan siklus pemeraman 50 Hari = 22 - 25 Ha.
Urutan Kegiatan dilapangan sebagai berikut :
Kegiatan Minggu Pertama (Ke – 1)
Hasil
bahan kompos dari cincangan janjangan kosong + slurry diletakkan pada
areal pengomposan yang terbagi dalam beberapa Blok A s/d S dan setiap
blok mempunyai jalur bervariasi dan rata-rata ada 5 Jalur.
Setelah
salah satu jalur sudah terisi oleh bahan kompos, maka dilaksanakan
penutupan dengan plastik (mulai pemeraman) dan sebelum ditutup plastik
bahan kompos terlebih dahulu disiram dengan air limbah kondensat rebusan
untuk mempertahankan bahan kompos tetap basah selama masa pemeraman dan
suhu bahan kompos lebih terjaga dalam keadaan stabil ialah 40 – 50°C,
(pencatatan suhu bahan kompos tetap dilakukan).
Kegiatan Miggu Ke 2 s/d Minggu ke 6.
Minggu
ke 2 (mulai hari ke 7) bahan kompos yang sudah diperam selama 6 hari
dan suhu naik sampai 60°C maka dilaksanakan pembalikan dan penyiraman
dengan air limbah kondensat rebusan dan ditutup kembali (pencatatan
tetap dilakukan).
Kegiatan
yang sama seperti tersebut diatas dilakukan berdasarkan pencatatan suhu
bahan kompos setiap harinya dan yang sudah lebih 60°C dilaksanakan
pembalikan (setiap pembalikan dilakukan juga penyiraman dengan kondensat
rebusan) dan dilaksanakan selama 5 minggu (Minggu ke 2 s/d Minggu ke
6).
Sebelum
dilaksanakan pembalikan terlebih dahulu jalur jalur yang akan dibalik
dibuka plastiknya dengan menggunakan mesin pembalik (Turning Machine),
penyiraman disesuaikan dengan kondisi kelembaban bahan kompos.
Minggu Ke 7 s/d Minggu ke 8.
Bahan
kompos yang sudah mengalami pemeraman selama 6 minggu, maka pada minggu
ke 7 s/d minggu ke 8 ialah masa pengeringan bahan kompos (menjadi
seperti tanah), dimana pencatatan suhu terus dilakukan dan apabila suhu
lebih 60°C segera dilakukan pembalikan tanpa penyiraman. Untuk
mempercepat pengeringan dan penyempurnaan bentuk bahan kompos maka
pembalikan dilakukan (4-7) kali seminggu dan semakin sering semakin
baik.
Catatan : Pada
masa pengeringan dan pembentukan bahan kompos akan terjadi penyesuaian
PH dari 8 – 9 menjadi PH 6 – 7,5 pembentukan warna menjadi hitam
kecoklat-coklatan.
Jumlah Kompos Yang Dihasilkan.
Jumlah
kompos yang dihasilkan ± 20% dari bahan = 20% x 278 T = 55,2 T. Kompos /
hari. Satu tahun hasil kompos = 55,2 x 25 x 12 = 16560 T. Kompos
Organik / tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar